Kamis, 23 Juni 2011

RSBI Tak Capai Target

Jakarta, kompas - Sekolah-sekolah negeri berstatus rintisan sekolah bertaraf internasional sulit memenuhi kuota 20 persen kursi untuk siswa dari keluarga miskin atau tidak mampu. Padahal, SD, SMP, dan SMA/SMK berstatus RSBI diwajibkan menerima siswa dari keluarga tidak mampu.

Berdasarkan pantauan di sejumlah rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) di beberapa kota, Rabu (25/5), kuota 20 persen kursi bagi siswa miskin tak terpenuhi karena sekolah umumnya hanya menunggu keluarga siswa yang mengajukan permohonan keringanan biaya.

Susila Aris, Wakil Kepala SMPN 49 Jakarta, mengatakan, pendaftaran tes masuk gratis sehingga tidak menghalangi siswa dari keluarga tidak mampu untuk ikut seleksi. ”Ketika tes, tidak ada ditanya kemampuan membayar. Setelah diterima dan diputuskan komite sekolah, baru ada pembayaran sesuai kemampuan. Namun pada prinsipnya, sekolah siap membantu siswa dari keluarga tak mampu,” kata Susila.

Wakil Kepala SMAN 3 Bandung, Firman Ali, mengatakan, sekolah menyediakan beasiswa dari anggaran belanja sekolah dan dana bantuan (block grant) dari pemerintah untuk siswa tidak mampu. ”Sekolah tidak menolak siswa dari keluarga miskin yang berprestasi. Asal mengajukan surat keterangan tak mampu, sekolah menyediakan beasiswa. Ada sekitar 15 persen atau 17 persen siswa tidak mampu di sekolah ini,” kata Firman.

Kepala SMPN 1 Tegal, Amin Aziz, mengatakan, selama ini sekolahnya menyediakan kuota 20 persen bagi siswa tidak mampu. Namun berdasarkan pengalaman tahun lalu, kuota tersebut tidak terpenuhi. Selain siswa miskin yang mendaftar ke RSBI sedikit, mereka pun belum tentu lolos seleksi. ”Bagaimanapun kami tetap pertimbangkan kualitas,” katanya.

Kepala SMKN 3 Tegal, Ibnu Hajar Dewantoro, mengatakan, sekolah tidak mematok jumlah siswa miskin yang diterima. Sepanjang siswa itu berprestasi, sekolah akan tetap menerimanya.

Di SMP Negeri 1 Kudus pada tahun lalu siswa tidak mampu secara finansial hanya 7 persen dari 208 siswa. ”Saat ini 224 siswa sedang mengikuti tes masuk RSBI,” kata Kepala SMP Negeri 1 Kudus, Oky Sudarto.

Pengamat pendidikan Kudus, Basuki Sugita, mengemukakan, orangtua siswa yang tidak mampu secara finansial kerap kali minder. Mereka enggan memasukkan anaknya yang berprestasi ke RSBI karena khawatir tidak mampu membiayai. Kalaupun mampu membiayai, khawatir anaknya minder saat bergaul dengan teman-temannya dari keluarga kaya.

Basuki mempertanyakan standar RSBI dan perlunya evaluasi. ”Apakah RSBI semacam ini yang diinginkan pemerintah?

Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal mengatakan, sekolah RSBI mesti proaktif untuk mencari siswa berprestasi dari keluarga tidak mampu.

”Sekolah yang tidak bisa memenuhi kuota 20 persen akan dievaluasi. Sekolah perlu proaktif untuk memenuhi kuota,” ujarnya. (ELN/WIE/HEN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar